Pages

Jumat, 31 Januari 2025

RISALAH KEUTAMAAN NISFU SA'BAN DALAM KITAB HUSNUL BAYAN

Bagi pembaca yang mau download kitab HUSNUL BAYAN 

alternatif download : Terkadang linknya error jika tidak bisa yang pertama pilih yang kedua
        atau

Risalah Husnul Bayan dan Latar Belakang Penulisannya

Seorang ulama bernama Syekh Abdullah Muhammad al-Ghimari menulis sebuah risalah berjudul:

حُسْنُ الْبَيَانِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

(Husnul Bayan fi Lailatin Nishfi min Sya’ban)

Risalah ini ditulis karena setiap tahun banyak masyarakat bertanya kepada beliau mengenai amalan dan doa-doa malam Nishfu Sya’ban. Awalnya, beliau hanya menjawab secara lisan atau menulis di majalah Islam. Namun, karena pertanyaan ini muncul berulang setiap tahun, beliau akhirnya menuliskannya dalam risalah setebal 42 halaman.

Sumber Referensi Risalah

Dalam menyusun risalah ini, Syekh Abdullah merujuk pada beberapa kitab besar, di antaranya:

  1. Al-Idhah – Karya Ibnu Hajar al-Haitami
  2. Ma Ja’a fi Syahri Sya’ban – Karya Al-Hafidz Abu al-Khatib Dihyah al-Andalusi
  3. Fi Lailatin Nishfi – Karya Al-Ajhuri (ulama bermadzhab Maliki)

Menurut Syekh Abdullah, keutamaan malam Nishfu Sya’ban sudah dikenal sejak zaman dahulu. Pada malam itu, banyak orang beribadah, berdoa, dan berdzikir.

Namun, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai cara menghidupkan malam tersebut:

  • Apakah boleh dilakukan secara berjamaah atau harus sendiri-sendiri?
  • Apakah menambah ibadah pada malam itu dianggap bid’ah atau tidak?

Syekh Abdullah memilih pendapat yang tidak memberatkan masyarakat, karena amalan malam Nishfu Sya’ban sudah menjadi tradisi yang mengakar.

Dalil Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban

Syekh Abdullah menegaskan bahwa meskipun hadis-hadis tentang malam Nishfu Sya’ban sebagian besar berstatus dha’if (lemah), namun tetap dapat diamalkan dalam fadha’ilul a’mal (amal ibadah yang dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah).

Bahkan, terdapat dalil dalam hadis Shahih Muslim yang memperkuat keutamaan malam ini:

Hadis dari Jabir bin Abdullah RA

النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

"إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً، لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ".
(HR. Muslim)

Terjemahan:
"Sesungguhnya pada malam hari terdapat satu waktu di mana seorang Muslim yang memohon kebaikan dunia dan akhirat kepada Allah, pasti akan dikabulkan. Dan waktu itu ada pada setiap malam.”

Hadis ini menunjukkan bahwa malam Nishfu Sya’ban termasuk dalam malam-malam istimewa di mana doa lebih mudah dikabulkan.

Sejarah Peringatan Malam Nishfu Sya’ban

Syekh Abdullah menjelaskan bahwa peringatan malam Nishfu Sya’ban pertama kali dilakukan oleh para Tabi’in dari negeri Syam, seperti:

  • Khalid bin Ma’dan
  • Makhul
  • Luqman bin ‘Amir

Mereka mengagungkan malam tersebut dan memperbanyak ibadah di dalamnya. Namun, kemudian muncul perbedaan pendapat:

  1. Penduduk Bashrah dan sekitarnya mengikuti praktik para tabi’in negeri Syam.
  2. Ulama Madinah dan Hijaz menganggap perayaan ini sebagai bid’ah.

Di antara ulama yang menolak peringatan malam Nishfu Sya’ban adalah Imam ‘Atha, Ibnu Abi Malikah, dan para fuqaha Madinah.

Bentuk Ibadah Malam Nishfu Sya’ban

Para ulama negeri Syam berbeda pendapat mengenai cara menghidupkan malam Nishfu Sya’ban:

  1. Sebagian ulama membolehkan ibadah berjamaah di masjid, dengan memakai pakaian terbaik, membakar kemenyan, dan beribadah semalaman. Pendapat ini didukung oleh Ishaq bin Rahaweh dan Imam Al-Walid RA.
  2. Sebagian lain menganggap makruh jika ibadah dilakukan berjamaah dengan membaca kisah-kisah dan doa bersama. Namun, jika shalat sendiri-sendiri di masjid, maka diperbolehkan. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Al-Auza’i.

Dalil Hadis tentang Malam Nishfu Sya’ban

1. Hadis dari Mu'adz bin Jabal RA

عَنْ مُعَاذٍ بِنْ جَبَلٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ يَطَّلِعُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Artinya: Dari Mu'adz bin Jabal RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda:

"Allah Tabaraka wa Ta'ala melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya'ban, lalu Allah mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan."

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Nu'aim. Ibnu Hibban mengatakan hadis ini shahih, sedangkan Imam Thabrani menyatakan bahwa para perawinya dapat dipercaya.


2. Hadis dari Aisyah RA

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ فَقَالَ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كِلَبٍ

Artinya: Dari Aisyah RA, ia berkata:

"Aku kehilangan Rasulullah SAW pada suatu malam. Kemudian aku keluar dan menemukan beliau di pemakaman Baqi Al-Gharqad. Lalu beliau bersabda, 'Apakah engkau khawatir Allah dan Rasul-Nya akan menyia-nyiakanmu?' Aku menjawab, 'Tidak, wahai Rasulullah, sungguh aku mengira engkau mendatangi sebagian istri-istrimu.' Lalu Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya Allah menyeru hamba-Nya pada malam Nisfu Sya'ban dan mengampuni mereka dengan jumlah pengampunan yang lebih banyak dari bulu domba Bani Kilab.'”

Hadis ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Ibnu Hibban mengatakan hadis ini shahih.


3. Hadis dari Abu Musa Al-Asy'ari RA

عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إن الله ليطلع في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو منافق.

Artinya: Dari Abu Musa Al-Asy'ari RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:

"Sesungguhnya Allah SWT melihat kepada hamba-Nya pada malam Nisfu Sya'ban, maka Allah SWT mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang yang menyekutukan Allah atau orang yang munafik."

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah.


4. Hadis dari Ali bin Abi Thalib RA

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ : إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَ صُوْمُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ : أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ ! أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ : أَلَا مُبْتَلَى فَأُعَافِيَهُ ! أَلَا كَذَا ... أَلا كَذَا ... حَتَّى يَطْلُعَ الفَجْرُ

Artinya: Dari Ali bin Abi Thalib RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Apabila tiba malam Nisfu Sya'ban, salatlah pada malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Karena sesungguhnya Allah menyeru hamba-Nya di saat matahari tenggelam, lalu berfirman: 'Adakah yang meminta ampun kepada-Ku? Niscaya Aku akan mengampuninya. Adakah yang meminta rezeki kepada-Ku? Niscaya Aku akan memberinya rezeki. Adakah yang sedang mengalami cobaan? Niscaya Aku akan menyembuhkannya. Adakah yang demikian? Adakah yang demikian? Hingga terbit fajar.'”

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi.

Doa yang Diajarkan Syekh Abdullah

Setelah menjelaskan dalil tentang keutamaan malam Nisfu Sya'ban, Syekh Abdullah juga membahas doa-doa yang biasa dibaca umat Islam pada malam tersebut. Beliau menegaskan bahwa membaca Surah Yasin sebanyak tiga kali dengan niat tertentu, serta shalat hajat yang dilakukan setelahnya, tidak memiliki dasar yang kuat dalam Islam. Oleh karena itu, Syekh Abdullah hanya menganjurkan doa yang memiliki dasar dalam Al-Qur'an. Berikut adalah doa yang beliau rekomendasikan:

Teks Doa

يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، يَا ذَا الطُّولِ وَالْإِنْعَامِ، لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، ظَهْرُ اللَّاجِئِينَ، وَجَارُ الْمُسْتَجِيرِينَ، وَمَأْمَنُ الْخَائِفِينَ.
اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ (فِي أُمِّ الْكِتَابِ) شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مَطْرُودًا أَوْ مُقْتَرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ، فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَطَرْدِي وَإِقْتَارَ رِزْقِي، وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيدًا مَرْزُوقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرِ، فَإِنَّكَ تَقُولُ فِي كِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ:
(يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ).

"Wahai Dzat yang Maha Memberi tanpa diberi, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan, wahai Dzat yang memiliki anugerah dan nikmat yang luas, tidak ada Tuhan selain Engkau, sandaran bagi orang-orang yang mencari perlindungan, tempat berlindung bagi orang-orang yang meminta pertolongan, dan tempat aman bagi mereka yang ketakutan. Ya Allah, jika Engkau telah menetapkan diriku di sisi-Mu (dalam Lauhul Mahfuzh) sebagai orang yang celaka, terhalang dari rahmat, terusir, atau disempitkan rezekinya, maka hapuslah dengan karunia-Mu kesengsaraan, keterhalangan, keterusiran, dan kesempitan rezekiku. Tetapkanlah aku di sisi-Mu dalam Lauhul Mahfuzh sebagai orang yang bahagia, diberi rezeki, dan diberi taufik untuk berbuat kebaikan. Sesungguhnya Engkau telah berfirman dalam kitab-Mu yang telah Engkau turunkan: ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya-lah Ummul Kitab (Lauhul Mahfuzh)’.”

Sementara bagian tambahan dari doa ini berasal dari Syekh Ma’ul ‘Ainain as-Syinqithi:

Teks Doa Tambahan dalam Bahasa Arab:

إِلٰهِي بِالتَّجَلِّي الْأَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمَ، الَّتِي يُفْرَقُ فِيهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ وَيُبْرَمُ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعَزُّ الْأَكْرَمُ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

"Ya Tuhanku, dengan cahaya kemuliaan-Mu yang terbesar pada malam Nisfu Sya’ban yang diberkahi, malam di mana segala urusan yang penuh hikmah ditetapkan dan ditetapkan kembali, aku memohon kepada-Mu agar Engkau mengangkat segala bala yang menimpa kami, baik yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui, serta yang hanya Engkau lebih mengetahui. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Mulia dan Maha Agung. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta keluarga dan para sahabatnya."


Penentuan Takdir dan Ampunan pada Malam Nisfu Sya'ban

Syekh Abdullah menjelaskan bahwa malam Nisfu Sya'ban adalah malam di mana Allah SWT menetapkan takdir para hamba-Nya. Malam ini juga merupakan waktu yang penuh dengan rahmat dan ampunan bagi mereka yang memohon pengampunan, kecuali bagi mereka yang masih terjerumus dalam dosa besar seperti syirik dan permusuhan.

Sebagai dalil, beliau mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:
"Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya-lah Ummul Kitab (Lauhul Mahfuzh)." (QS. Ar-Ra'd: 39)


Pandangan Syekh Abdullah tentang Shalat Nisfu Sya'ban

Terkait dengan shalat khusus yang dilakukan sebagian umat Islam pada malam Nisfu Sya’ban, Syekh Abdullah menegaskan bahwa tidak ada shalat khusus yang dianjurkan dalam syariat Islam. Hadis-hadis yang menyebutkan tentang shalat tertentu pada malam ini dianggap tidak memiliki dasar yang kuat dan bahkan termasuk hadis palsu (maudhu’).

Salah satu hadis yang beliau kritik berbunyi:

مَنْ صَلَّى لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ثِنْتَيْ عَشَرَ رَكْعَةً يِقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ ثَلاَثِيْنَ مَرَّةً (قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ)، شُفِّعَ فِيْ عَشَرَةٍ، لَمْ يَخْرُجْ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ.

"Barang siapa yang shalat pada malam Nisfu Sya’ban sebanyak 12 rakaat, dan pada setiap rakaatnya membaca ‘Qul Huwallâhu Ahad’ tiga puluh kali, maka ia akan mendapatkan syafaat bagi sepuluh orang lainnya, dan ia tidak akan meninggal dunia sebelum diperlihatkan tempatnya di surga."

Syekh Abdullah menegaskan bahwa hadis ini tidak dapat dijadikan dasar karena dianggap lemah dan tidak memiliki sanad yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, beliau menyarankan agar umat Islam tidak mengamalkan shalat khusus pada malam ini dengan keyakinan bahwa itu berasal dari Nabi SAW.

Kesimpulan

  • Malam Nishfu Sya’ban adalah malam istimewa yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan doa.
  • Meskipun ada perbedaan pendapat, Syekh Abdullah memilih sikap yang tidak memberatkan masyarakat.
  • Tidak ada dalil yang shahih tentang shalat khusus malam Nishfu Sya’ban, tetapi tetap dianjurkan untuk beribadah.

Semoga Allah SWT memberikan kita keberkahan dalam menghidupkan malam Nishfu Sya’ban.

0 comments:

Posting Komentar