Pages

Senin, 27 Januari 2025

Puasa sebagai Jalan Menuju Takwa

 Hadirin yang dirahmati Allah, segala puji bagi Allah yang telah memberi kita nikmat Islam dan iman. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menjadikan puasa sebagai ibadah khusus yang bertujuan untuk membentuk ketakwaan. Takwa adalah puncak kedekatan seorang hamba dengan Rabb-nya, dan puasa merupakan salah satu sarana utama untuk mencapainya. Pada kesempatan ini, mari kita renungkan bagaimana puasa menjadi jalan menuju takwa berdasarkan Al-Qur'an, hadis, dan perkataan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.


1. Puasa sebagai Perintah untuk Meraih Takwa

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yā ayyuhā alladhīna āmanū kutiba ʿalaykumu aṣ-ṣiyāmu kamā kutiba ʿalā alladhīna min qablikum laʿallakum tattaqūn.
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
(QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk pribadi yang bertakwa. Ketakwaan diwujudkan melalui ketaatan kepada Allah, menjauhi larangan-Nya, dan meningkatkan kesadaran akan pengawasan-Nya.


2. Keutamaan Puasa dalam Hadis

Rasulullah ﷺ bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Qāla Allāhu ʿazza wa jalla: Kullu ʿamali ibni Ādama lahu, illā aṣ-ṣiyāma, fa-innahu lī wa-anā ajzī bihi.
"Allah berfirman: Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa puasa adalah ibadah yang sangat istimewa di sisi Allah, karena pelaksanaannya hanya diketahui oleh hamba dan Rabb-nya.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ، فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ
Aṣ-ṣiyāmu junnah, fa idzā kāna yaumu ṣawmi aḥadikum, falā yarfuth wa-lā yaṣkhab.
"Puasa adalah perisai. Maka pada hari seseorang berpuasa, janganlah ia berkata kotor atau berbuat gaduh."
(HR. Bukhari dan Muslim)


3. Pandangan Ulama tentang Puasa dan Takwa

Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata:

الصَّوْمُ يَكْسِرُ الشَّهَوَاتِ وَيُنَقِّي الْقَلْبَ لِذِكْرِ اللَّهِ، وَبِهِ يَتَحَقَّقُ التَّقْوَى
Aṣ-ṣawmu yaksiru asy-syahawāti wa yunaqqī al-qalba li dhikri Allāh, wa bihi yataḥaqqaqu at-taqwā.
"Puasa mematahkan syahwat dan membersihkan hati untuk mengingat Allah. Dengannya, takwa dapat terwujud."

Imam Syafi'i rahimahullah juga menyatakan:

الصِّيَامُ دَرْبَةٌ عَلَى الصَّبْرِ وَطَرِيقٌ إِلَى طَاعَةِ اللَّهِ
Aṣ-ṣiyāmu darbatan ʿalā aṣ-ṣabri wa ṭarīqan ilā ṭāʿati Allāh.
"Puasa adalah latihan kesabaran dan jalan menuju ketaatan kepada Allah."


4. Praktik Takwa dalam Puasa

Allah SWT berfirman:

وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
Wa kulū wa isyrabū wa lā tusrifū, innahu lā yuḥibbu al-musrifīn.
"Makan dan minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
(QS. Al-A’raf: 31)

Ayat ini mengajarkan prinsip keseimbangan yang erat kaitannya dengan takwa, di mana puasa menjadi sarana untuk mengendalikan hawa nafsu.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Man lam yadaʿ qawla az-zūri wa al-ʿamala bihi fa laysa lillāhi ḥājatan fī an yadaʿa ṭaʿāmahu wa syarābahu.
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh kepada puasanya dari makan dan minum."
(HR. Bukhari)


Penutup

Hadirin sekalian, puasa bukan hanya menahan diri dari lapar dan dahaga, tetapi juga latihan untuk mencapai takwa dengan menahan hawa nafsu, menjaga lisan, dan memperbanyak amal saleh.

Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita hamba-hamba yang bertakwa.

0 comments:

Posting Komentar